Mungkin tidak terbayangkan oleh Virginia Woolf saat menerbitkan novel "To the Lighthouse" di 1927, salah satu judul bab di novel tersebut digunakan sebagai tema pameran yang diselenggarakan di negara yang jauh dari tempat lahirnya di Inggris. Judul bab "Time Passes" menjadi tema pameran yang diselenggarakan di Singapore Art Museum dari 4 September 2020 sampai 21 Februari 2021. Cuplikan dari "To the Lighthouse" menyambut pengunjung saat masuk ke ruang pameran: "Whatever else may parish and dissapear what lies here is steadfast." Suatu rangkaian kalimat yang dikontekstualkan dengan kondisi pandemik global yang merupakan nyawa dari pameran Time Passes. Pandemi yang memaksa kita semua beradaptasi untuk merawat diri kita dan orang lain di seputar kita. Samantha Yap, kurator tamu pameran ini, secara tersirat menyatakan adanya keprihatinan dan bagaimana manusia menanggapi kondisi tersebut dalam bentuk kasih sayang.
Pihak Singapore Art Museum memberikan akses bagi publik mengunjungi pameran secara virtual untuk menikmati karya dua puluh satu seniman yang terlibat dalam memamerkan karya mereka di Time Passes. Pengalaman pengunjung yang hanya mengandalkan visual dibantu oleh video berdurasi tiga menit sebagai pengantar pameran tersebut. Tiga seniman yang dikedepankan di video menyampaikan narasi karya-karya mereka yang bertema seputar interaksi antar manusia secara simbolis. Bentuk akuarium pada karya Khairullah Rahim berjudul "Rendezvous" mengajak pengunjung memahami makna keintiman yang melampaui arti yang harafiah. Ornamen-ornamen di akuarium seperti berada pada waktu yang terhenti di dalam wadah statis sebagai pembatas ruang dan gerak. Kebebasan yang dibatasi oleh ruang dan waktu memaksa terbentuknya keintiman yang disiram temaran warna ungu dari pencahayaan ruang pamer.
Makna bersayap disampaikan juga oleh Diana Rahim dengan karyanya yang berjudul "Interventions" sebagai cerminan ruang publik di Singapura yang membuat penduduk enggan untuk berinteraksi di seputar wilayah tersebut. Diana menambahkan elemen berwarna cerah untuk menjinakkan keangkeran pembatas-pembatas tersebut, dan mengundang mereka yang biasanya sekadar melintas wilayah tersebut untuk mampir dan berinteraksi. Sebuah ajakan mengembalikan manfaat ideal tempat berinteraksi antara manusia dengan ruang fisik di seputar mereka. "Interventions" disajikan dalam bentuk foto-foto bangku dan pembatas area di wilayah publik yang dihias, supaya lebih bersahabat secara insani. Berbeda dengan pesan yang ingin disampaikan oleh Khairullah Rahim mengenai keintiman antar elemen di tempat yang terbatas, Diana lebih melihat kedekatan antara manusia dengan ruang fisik di tempat yang lebih luas dari tempat hunian mereka. Meskipun demikian, tema sentral pameran tetap relevan. Di dua lokasi yang berbeda ini para seniman ingin menyampaikan bagaimana waktu berlalu. Waktu bukanlah sesuatu yang hanya sekilas. Waktu selalu sarat dengan makna.
Sudut yang berbeda dipilih oleh Divaagar dalam menyajikan karya berjudul "Render Tender" yang kontekstual dengan keterbatasan sentuhan antar manusia di masa pandemi. Pesan yang ingin disampaikan adalah bagaimana rasa peduli dapat disampaikan tanpa hadirnya sentuhan. Analogi praktek Reiki sebagai penyembuhan jarak jauh digunakan Divaagar sebagai pendekatan melakukan sentuhan tanpa kontak langsung antar makhluk hidup atau dengan objek lainnya. Kumpulan pot tanaman dan pot bunga diposisikan di seputar area kotak dengan bagian atas terbuka. Di kiri dan kanan kotak diletakkan meja samping dengan bola kristal yang memendarkan cahaya cahaya ungu. Di atas seluruh objek tersebut ada lampu yang menempel pada langit-langit dengan elemen yang berputar searah jarum jam. Cap tangan dan kata-kata penuh kasih ditorehkan pada permukaan lampu tersebut, seolah menyebarkan energi positif yang menaungi objek di bawahnya. Divaagar meyakini bahwa seni memiliki sisi menghibur sekaligus menginspirasi mereka yang mengalaminya.
"Time Passes" merupakan pameran yang tidak terbatas pada tempat dan waktu. Meskipun pengunjung yang hadir secara fisik ke Singapore Art Museum dibatasi oleh jam buka fasilitas tersebut, waktu berkunjung lebih lentur untuk mereka yang berkeinginan hadir secara virtual kapan saja dan dari mana saja. Tema sentral yang diambil dari kata-kata novel karya Virgina Woolf dimaknai secara harafiah sekaligus simbolis, dan hal ini tercermin juga dari pesan yang ingin disampaikan oleh para seniman di pameran ini lewat karya-karya mereka.
Comments